Kau Masih Hidup, Pram, dalam Kalimat yang Tak Usai

Di antara rak-rak buku berdebu,
aku temukan suaramu,
bukan dalam teriakan,
melainkan bisikan kepala yang keras:
"Menulis adalah melawan"

Engkau bukan hanya sekadar nama,
di sampul novel
atau majalah yang beredar.
Engkau adalah gema:
yang mengudara di setiap hati yang memanggil.

Kau masih hidup, Pram,
kuingat larik dalam karyamu:
"Dengan menulis suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari."
Menguasai rongga-rongga sunyi,
bergelora di celah-celah napas yang terlupa.

Masih ada yang takut pada kalimatmu,
itu tandanya kau belum mati.
Masih ada yang belajar mencintai lewat tokohmu,
itu tandanya kau hidup kembali.

Kalimatmu tak pernah usai,
karena kami belum selesai membaca dunia
lewat matamu, Pram.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Memilih Jurusan Sastra Indonesia? Bukannya Hanya Main Kata-Kata?