Postingan

Aku Hanya Aku

Aku memang bukan siapa-siapa, bukan anak orang kaya ataupun anak yang memiliki jalan yang mudah mendapatkan segalanya di atas bumi pertiwi ini. Akses? apa pun, segala macamnya, satu pun tak ada. Tapi, bukankah kita semua sama? Sama-sama makhluk bernapas di bawah langit yang sama? Lantas, apa kebenaran bagi mereka yang menganggap jalan yang aku tempuh terasa begitu salah?  Aku anak ibuku, bundaku, duniaku. Tak ada yang lain. Cukup. Mereka? Siapa mereka? Aku tak tahu pasti isi kepala mereka, tak tahu pasti pemikiran yang mereka anut. Satu hal yang aku tahu, mereka terlalu ikut campur. Jika dunia ini hanya untuk ikut-ikut, maka siapa yang akan mendobrak dunia, mengubah masa depan yang lebih cerah, mencari sebuah kebenaran. Aku memang bukan anak yang bisa memuaskan dunia, memuaskan hati atau omongan orang. Aku berdiri dengan kesendirian, menatap sayu menahan lebam, tak pula iri dengan dunia siapa-siapa. Tindakan atas pijakan kaki yang aku tatih, ini milikku. Aku yang punya. Hidup ...

Kau Masih Hidup, Pram, dalam Kalimat yang Tak Usai

Di antara rak-rak buku berdebu, aku temukan suaramu, bukan dalam teriakan, melainkan bisikan kepala yang keras: "Menulis adalah melawan" Engkau bukan hanya sekadar nama, di sampul novel atau majalah yang beredar. Engkau adalah gema: yang mengudara di setiap hati yang memanggil. Kau masih hidup, Pram, kuingat larik dalam karyamu: "Dengan menulis suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari." Menguasai rongga-rongga sunyi, bergelora di celah-celah napas yang terlupa. Masih ada yang takut pada kalimatmu, itu tandanya kau belum mati. Masih ada yang belajar mencintai lewat tokohmu, itu tandanya kau hidup kembali. Kalimatmu tak pernah usai, karena kami belum selesai membaca dunia lewat matamu, Pram.

Suara Perempuan dalam Pena Pram

Setiap kali membaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer, saya selalu menemukan kehadiran tokoh-tokoh perempuan yang kuat, meskipun dunia yang di sekitar mereka selalu diceritakan secara tidak adil. Tidak bisa disangkal, emansipasi perempuan adalah sorotan yang menjelujur dibanyak karyanya. Hal inilah yang membuat saya begitu kagum pada Pram, seorang sastrawan yang tidak hanya mengangkat isu kolonialisme dan kebangsaan, tetapi juga berani menyuarakan dan menempatkan perempuan sebagai subjek perjuangan, bukan hanya sekadar latar atau korban. Di balik itu, terdapat nilai-nilai yang mampu menggugah kesadaran: tentang ketangguhan, hak, dan pentingnya melihat perempuan sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari sejarah dan perubahan sosial.   Memang, sosok-sosok perempuan dalam novel-novelnya seringkali lahir dari sebuah luka. Mereka tersingkir, terpinggirkan, bahkan dijadikan objek oleh sistem yang patriarki dan kolonial. Namun dari keterlukaan itu, munculah keberanian, perjuangan...

Curhat Klasik Mahasiswa: Ketika Tugas Kelompok Jadi Beban Hidup

Gambar
coamplifi.com Judul di atas sudah cukup kece, bukan? Relate , jujur, dan catchy . Tapi yang bikin nggak kece itu justru ketika mengerjakan tugas kelompok malah jadi beban hidup. Dalam curhatan ini, saya ingin mengajak kita semua, termasuk diri saya sendiri, untuk berbenah diri dan mengevaluasi. Judul di atas saya kira menyuarakan jeritan-jeritan hati para mahasiswa yang mengalami hal serupa. Saya menulis ini bukan karena baper alias kebawa perasaan karena merasa paling sibuk atau paling banyak kerja. Tapi kenyataannya, ketika tugas kelompok, saya malah sibuk sendiri. Loh kok bisa? Bagi pihak-pihak tertentu, nada dalam tulisan ini mungkin terasa mengganggu, atau justru sebaliknya. Sesuai harapan saya, semoga tulisan ini mampu menggugah pola pikir Anda untuk menjadi lebih tercerahkan. Atau mungkin malah tersindir, lalu menyadari... dan jika itu terjadi, saya anggap itu hal yang baik, semoga. Selamat membaca curhatan klasik saya sebagai mahasiswa, dengan judul yang, ya, seperti itu adany...

Minke: Bayi Semua Bangsa

Gambar
" Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan, di mana pun ada yang mulia dan jahat.... Kau sudah lupa kiranya, Nak, yang kolonial selalu iblis. Tak ada yang kolonial pernah menindahkan kepentingan bangsamu."

Sejarah Sedang Terulang

Gambar
Mereka yang tidak mengingat masa lalu dikutuk untuk mengulanginya. -George Santayana Tirto.id Jakarta menjadi lebih dingin dari biasanya, meskipun matahari bersinar sedang terik di atas gedung-gedung tinggi. Tidak ada suara klakson mobil yang bersahutan, tak ada demonstrasi mahasiswa yang berani turun ke jalan. Suasana ibu kota yang biasanya penuh hiruk pikuk kini berubah menjadi hening. Tidak ada sosial media yang memanas banjir kritik. Semua memilih diam. Bima, seorang mahasiswa semester akhir, ia duduk dengan tenang di kamarnya yang kurang akan pencahayaan itu. Di tangannya, menggenggam secarik koran yang baru dibelinya di warung dekat kampus. Dibacanya pada halaman terdepan dengan judul yang menganga begitu besarnya membuat dadanya terasa sangat sesak: "DWIFUNGSI TNI RESMI DISAHKAN, MILITER KEMBALI KE POLITIK" Mata Bima langsung membelak penuh keterkejutan. Berharap matanya salah membaca. Namun, tidak. Keputusan itu nyata. Dengan undang-undang baru ini, militer kembali me...

Neraka di Atas Meja Kerja

Gambar
rmolaceh.id